Kamis, 28 Oktober 2010

REVIVAL RESPONSIBILITAS RUH AUDITOR ANTARA INDEPENDENSI, REPUTASI DAN PROFESIONALITAS; SEBUAH TINJAUAN PERSPEKTIF KEMANA SEHARUSNYA ARAH GERAKAN AUDITOR.


 Dewasa ini pertumbuhan ekonomi tidak sejalan dengan moralitas bangsa, hal ini ditandai dengan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Begitu pula transparansi yang tidak sejalan dengan apa yang kita harapkan, seringkali persoalan-persoalan yang kecil di besar-besarkan sehingga secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi stabilitas bangsa. kepercayaan inilah yang mulai pudar dari ruh manusia itu sendiri. Terlepas dari itu semua auditor yang merupakan perpanjangan tangan dari perusahaan (Principal-Agent) mulai merasakan dampaknya sehingga mempengaruhi reputasi auditor sebagai pemeriksa dan pelapor. Hal tersebut dikarenakan semakin kurangnya kepercayaan dari masyarakat ataupun klien yang membutuhkan jasa auditor sebagai orang yang berdiri di atas independensi dengan mengedepankan netralitas dan objektivitas. Oleh karenanya, perhatian lebih harus ditujukan kepada “kemana seharusnya arah gerakan auditor”?, 

Sampai sejauh ini, belum ada regulasi atau rules yang mengatur bagaimana seharusnya auditor bertindak sesuai hati nuraninya terkecuali kode etik auditor yang tentunya mungkin sering diabaikan. Sehingga perlu adanya pencitraan dengan menggunakan pendekatan sufistik misalnya dalam hal mengembalikan ruh auditor itu sendiri. Lebih jauh lagi saya melihat auditor di anggap sebagai orang yang mengetahui seluk beluk perusahaan terutama bagaimana penyajian laporan keuangannya sudah sesuai standarkah atau tidak yang merupakan domain dari auditor, sehingga auditor dianggap orang yang paling tahu mengenai sesuatu baik bersifat keuangan maupun non-kuangan. Inilah yang seringkali menimbulkan ketakutan oleh sebagian perusahaan yang menggunakan jasa audit, dimana atas dasar independensi dari auditor itu sendiri para pemangku pimpinan seringkali mencoba melakukan pendekatan dan mengotori citra auditor agar laporan keuangannya nampak wajar dan baik. Padahal, auditor merupakan mitra perusahaan yang mencoba membantu perusahaan dari keterpurukan dan manipulasi data keuangan yang merugikan perusahaan.

Sulit sekali menebak sebenarnya apa yang diperbuat auditor, apakah sudah sesuai kode etik atau tidak? Inilah yang mungkin menjadi gejala dimana seharusnya auditor memposisikan dirinya dalam hal menghidupkan kembali rasa tanggungjawab (Revival Responsibility) auditor itu sendiri. sehingga kadangkala perusahaan harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk menyewa jasa auditor yang kredibilitasnya lebih baik.

Mengapa banyak orang baik bertindak buruk?
Mungkin ini merupakan pertanyaan mendasar atas fenomena yang terjadi pada sebahagian orang. Pertanyaan ini bukan hanya tertuju pada satu bidang atau profesi tertentu melainkan hampir semua dimensi dari profesi manusia menjadikan ini sebagai sebuah momok yang menakutkan sehingga nilai kepercayaan mulai terjadi pergeseran. Mungkin jawaban dari pertanyaan diatas adalah karena hampir seluruh tindakan manusia berdasarkan subjektifitas sehingga lebih mengedepankan materialistis dan unsur egoisme. Dalam kaitannya dengan lingkungan auditor itu sendiri, terdapat pemahaman dan persepsi yang berbeda-beda mengenai tupoksi auditor, ada yang mengatakan bahwa kinerja auditor sudah tidak sesuai lagi dengan independensi, profesionalitas dan reputasinya. namun, ada pula yang mengatakan bahwa auditor itu independen. Untuk itu, siapa yang patut disalahkan dalam hal ini apakah masyarakat, pemerintah, perusahaan atau auditor itu sendiri? Secara pribadi mungkin saya bisa mengatakan bahwa tidak ada yang patut disalahkan karena ini merupakan tanggungjawab kita bersama sebagai bagian integral dari proses perbaikan kearah yang lebih baik. Disamping itu, regulasi, rules bahkan kode etik dan standarisasinya tentu sudah sesuai dengan porsinya. Hanya saja manusia kadangkala lalai atau mengabaikan peraturan tersebut sehingga berdampak pada pencitraan manusia itu sendiri.

Mungkin harus ada siraman rohani dengan pendekatan sufistik, sehingga paling tidak mengurangi kesenjangan dalam lingkungan audit.  Sudah banyak Penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah mencoba membahas ruh auditor tersebut sebagai pelempar isu e.g.(Behind the Audit Report : A Descriptive Study of Discussions and Negotiations between Auditor and Director, Vivien Beattie, Fearnley Stella dan Richard Brandt & Auditos As Whistleblowers,  Peter B. Jubb) menandakan betapa pentingnya auditor dalam keberlangsungan perusahaan disamping permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Dalam jurnal audit mengatakan bahwa auditor adalah pelapor (whistleblower). Peter B Jubb, dimana auditor menempatkan fungsi independensinya. Namun, pada saat yang bersamaan auditor seringkali dianggap musuh masyarakat yang acap kali menggunakan profesinya untuk mengungkapkan laporan keuangan (financial statement) agar nampak wajar khususnya bagi para pemegang saham yang akan mengivestasikan uang mereka diperusahaan dimana auditor itu bekerja. Tentunya ini menjadi dilematis diantara pilihan dimana auditor harus betul-betul independen dengan reputasi dan profesionalitasnya dalam menilai kewajaran atas laporan keuangan. Namun di sisi lain auditor memiliki kepentingan sehingga laporan keuangan perusahaan tertentu menjadi nampak wajar dan baik.

Ini tentunya menjadi anomali dalam lingkungan auditor khususnya lebih pada keberadaan isu-isu yang tentunya merugikan reputasi auditor sehingga berdampak pada menepisnya kepercayaan atau munculnya ketidakpuasan masyarakat atau klien atas kinerja auditor. Nampaknya budaya ini sudah menjamur dalam ruh auditor seperti yang terjadi di Negara yang kita cintai ini, berapa banyak kasus-kasus keuangan yang di alami bangsa yang seringkali melibatkan jasa auditor yang pengungkapannya jauh dari apa yang kita harapkan. Di Indonesia sendiri ada BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dan Akuntan Publik yang tentunya adalah badan yang kompeten dalam isu-isu keuangan negara dan organisasi perusahaan. Namun, di sisi lain kenapa harus ada KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang seringkali menjadi pelapor dan memberantas korupsi keuangan pejabat tertentu yang merugikan negara. Ini menandakan bahwa adanya ketidak beresan dalam hal pengungkapan laporan keuangan instansi tertentu sehingga melibatkan pejabat instansi terkait. Masih segar di ingatan kita bagaimana kasus makelar pajak yang melibatkan banyak perusahaan dan kasus-kasus lainnya yang tentunya merugikan keuangan negara.  

Hidup hidupilah perusahaan tapi jangan mencari hidup dalam perusahaan

Kalimat diatas mungkin sudah dapat mengakomodir kekhawatiran kita atas permasalahan yang terjadi lebih khususnya lingkungan korporasi di mana auditor menempatkan spesialisasinya. Perusahaan (corporate) seharusnya menjadi mitra auditor sehingga saling bahu membahu dalam hal keuangan maupun non keuangan. Perusahaan yang besar tentunya membutuhkan biaya yang besar disamping resiko yang akan di alami perusahaan. Tidak sedikit perusahaan yang menggunakan jasa auditor merasakan dampak positif atas kinerja laporan keuangannya sehingga munculnya kepercayaan investor dan terjadi peningkatan laba serta saham diperusahaan tersebut. Kondisi inilah yang sebenarnya kita harapkan dalam hal pengembangan integritas baik di lingkungan internal maupun lingkungan eksternal perusahaan. Janganlah terlalu mengutamakan hasil akhir sehingga orientasinya hanya terletak pada bagaimana laporan keuangan tersebut nampak baik di mata investor sehingga kadangkala kita mengesampingkan hal-hal yang bersifat principal. Oleh sebab itu, bukan hasil akhir yang harus diutamakan melainkan proses dan apa yang hendak dicapai perusahaan sehingga prinsip kehati-hatian (Prudentcial principal) lebih diutamakan dalam mengukur keberhasilan dan tingkat pencapaian suatu perusahaan.

“Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, kecuali kaum itu yang merubahnya sendiri”. Sepenggal ayat qur’an ini tentunya merupakan penilaian Tuhan untuk kita agar lebih mengintrospeksi diri. Oleh karenanya, segala sesuatu haruslah dimulai dari diri (niat) kita masing-masing (Segala perbuatan berawal dari niat) artinya, tak seorangpun di dunia ini mengetahui apa yang hendak kita kerjakan, apakah itu baik atau buruk, sehingga baik buruknya perbuatan manusia imbasnya kepada pencitraan manusia itu sendiri. Kaitannya dengan itu, bahwa ruh auditor harusnya seimbang dengan apa yang di perintahkan Tuhan “Tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan janganlah kamu tolong menolong dalam kesesatan dimana auditor sebagai mitra perusahaan yang menolong perusahaan dalam hal pengungkapan laporan keuangan yang benar, jujur, dan adil sesuai dengan profesi dan independensinya tanpa adanya unsur paksaan baik dari diri maupun perusahaan. Terkadang kita mengesampingkan kepentingan ukhrawi dan lebih mengutamakan kepentingan duniawi semata, padahal jelas Allah telah menghabarkan kepada seluruh umat manusia bahwa “ADDUNNIA MAJRATUL  AKHIRAH”  bahwa “Dunia adalah ladang untuk akherat” dimana kebaikan yang kita tanam di dunia akan kita tuai dan petik di akhirat kelak. Untuk itu, walaupun sekuat apapun regulasi maupun aturan yang dibuat oleh manusia kalau tidak dilandasi kesadaran dan keimanan yang hakiki semuanya tidak ada gunanya. Sebab, yang namanya manusia itu pasti merugi “INNAL INSANA LAFIY KHUSRI” . Ini mengisyaratkan bahwa selama perbuatan kita mengarah ke hal-hal yang merugikan diri dan orang lain maka manusia itu merugi. “Banyak orang yang merasa pintar tapi tidak pintar merasa” dimana kodrat auditor adalah manusia biasa yang sering menggunakan kredibilitasnya dan kepintarannya untuk kepentingan dirinya sendiri. Inilah yang perlu di kikis habis oleh auditor untuk mengembalikan citra dan reputasi auditor di hadapan manusia dan Tuhannya, bagaimana bentuk pertanggungjawabannya bukan hanya kepada manusia “HABLUMMINANNAS” tetapi juga untuk sang khalik “HABLUMMINALLAH”.  

Secara pribadi saya mencoba memberikan solusi yang tepat kemana seharusnya arah gerakan auditor, karena terlalu banyak referensi dan aturan-aturan serta kebijakan-kebijakan baik yang berasal dari pemerintah, akademisi maupun analis tidak mampu memproteksi permasalahan ini yang akhirnya menjadi lubang besar dan menimbulkan kesenjangan yang lebih luas. Auditor harusnya lebih professional dan menyadari betapa pentingnya independensinya itu untuk mengangkat harkat dan martabat reputasinya. Untuk itu, kunci kesuksesannya adalah auditor harus konsisten terhadap independensinya dengan selalu mengutamakan objektivitas dan netralitasnya kearah perbaikan berkesinambungan (Continues Improvement) tanpa memandang siapa dan apa yang harus diselamatkan. Selain itu pula kerjasama semua pihak sangat dibutuhkan dalam hal membangun integritas perusahaan baik itu principal-agent maupun masyarakat yang merasakan dampak dari aktivitas perusahaan sebagai sebuah tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan sosialnya. Sudah barang tentu proses ini membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit dalam mengembalikan ruh auditor. “Jika kita ingin memancing ikan yang besar jangan menggunakan kail yang kecil, maka gunakanlah kail yang besar dan tentunya tidak sedikit biaya yang kita keluarkan untuk membeli kail yang besar dan kuat itu, namun belum tentu dengan menggunakan kail yang besar kita mendapatkan ikan yang besar”. Artinya, kita jangan terlalu berorientasi pada hasil akhir yang kenyataanya tidak selalu memuaskan, tapi bagaimana proses menuju tujuan akhir walaupun pada awalnya tidak memuaskan. Tapi, itu berlangsung hanya untuk jangka pendek saja dan ketika perbaikan tersebut berada dalam fase kedewasaan maka untuk jangka panjang kita akan merasakan hasil dari proses tersebut.

Sebenarnya permasalahan tersebut terletak pada ruh auditor itu sendiri, kemana tujuan auditor tergantung pada dirinya sendiri, sudah ada kode etik, standar, dan rules yang mengatur kemana arah gerak dan tujuan auditor. Oleh karena itu, dalam mengembalikan reputasi auditor di mata masyarakat dan kliennya, auditor harus benar-benar “telanjang”, artinya sebagai manusia auditor menyadari akan amanah yang diberikan tuhan kepadanya, sehingga auditor akan melaksanakan tugasnya dengan baik, jujur dan adil sesuai yang diperintahkan tuhan kepada hambanya, yang pada akhirnya akan memunculkan keyakinan dan kepercayaan masyarakat bahwa auditor benar-benar Independen dalam melaksanakan tugasnya. Saya yakin dan percaya, lambat laun tapi pasti  jika ini terwujud maka tidak akan terjadi kesenjangan sosial yang tentunya merugikan semua pihak dan pencitraan independensi, profesionalitas dan reputasi ruh auditor akan kembali sesuai apa yang kita harapkan.


Ronald Soemitro,
 Pengarang.

Rabu, 13 Oktober 2010

Pria beristri 100

Ia berhasil menggaet lebih dari 100 perempuan dan menjadi ayah bagi sekitar 200 anak pada tahun 1990an.

Cucu Akuku bernama Nickson Mwanco membuat halaman penghargaan di situs Facebook. Ia ingin mengumpulkan anak, cucu, cicit serta saudara Akuku di acara penguburan pada Desember nanti.

Saat ini, lebih dari 2 ribu fans berada di halaman itu, meskipun tidak semuanya memiliki hubungan persaudaraan.

Akuku pertama kali menikah pada 1939 dan menjadi poligami di usia 22 tahun.

Pernikahan terakhir berlangsung di 1992 di mana ia telah memiliki banyak anak. Bahkan, Akuku membuat dua sekolah serta gereja bagi anak-anaknya.

Saat ini, sekolah tersebut masih berdiri. Di satu sekolah, 72 dari 312 murid adalah cucu Akuku. Banyak dari anak pria berkulit hitam itu tumbuh menjadi guru, dokter dan pengacara.

Dr Tom Akuku, anak lelaki Akuku, mengatakan bahwa ayahnya sangat disiplin dan pekerja keras.

“Ia sangat demokratis. Dia mengatur keluarga yang sangat besar ini dalam dialog dan pertemuan rutin di mana kami bisa berbicara bebas dan terhubung satu dengan yang lain.”

Bagi penduduk Kenya, Akuku menjadi simbol bagi kekuasan pria dalam lingkup tradisonal, serta contoh betapa sederhananya hubungan gender di masa lalu.

Dibandingkan masa kehidupan Akuku, perbedaan gender di Kenya telah berubah. Sistem pernikahan masih tampak ideal, namun perempuan di negara tersebut tidak lagi fokus ke lingkungan rumah tangga.

Banyak perempuan yang berada di posisi lebih tinggi di lingkungan kerja. Keluarga Kenya juga memiliki anak yang cenderung lebih sedikit, bahkan di pedesaan, dibandingkan masa lalu.



Ajieb Band Performance in LA Lights Music Festival with "In the Name Of God"

Title : In The Name Of God
Created : Ronald Soemitro
Located : Gorontalo Quality Hotel
Event : LA Lights Community Music Festival
Ajieb : Ronald (Lead Guitar), Yamin Labrie (Vocal), Iand Petrucci (Guitar 2), Once (bassist), Almin Portnoy (Drummer).


Selasa, 12 Oktober 2010

Materialitas dan Netralitas

Materialitas

Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialitasnya. Dalam beberapa kasus, hakekat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Misalnya, pelaporan suatu segmen baru dapat mempengaruhi penilaian risiko dan peluang yang dihadapi perusahaan tanpa mempertimbangkan materialitas dari hasil yang dicapai segmen baru tersebut dalam periode pelaporan. Dalam kasus lain, baik hakekat maupun materialitas dipandang penting, misalnya jumlah serta kategori persediaan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.

Netralitas

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan .

Awaken By maher Zain

We were given so many prizes
We changed the desert into oasis
We built buildings of different lengths and sizes
And we felt so very satisfied

We bought and bought
We couldn’t stop buying
We gave charity to the poor ’cause
We couldn’t stand their crying
We thought we paid our dues
But in fact
To ourselves we’re just lying

Oh
I’m walking with my head lowered in shame from my place
I’m walking with my head lowered from my race
Yes it’s easy to blame everything on the west
When in fact all focus should be on ourselves

We were told what to buy and we’d bought
We went to London, Paris and
We made show we were seen in the most exlusive shops
Yes we felt so very satisfied

We felt our money gave us infinite power
We forgot to teach our children about history and honor
We didn’t have any time to lose
When we were.. (were)
So busy feeling so satisfied

I’m walking with my head lowered in shame from my place
I’m walking with my head lowered from my race
Yes it’s easy to blame everything on the west
When in fact all focus should be on ourselves

We became the visuals without a soul
despite the heat
Our homes felt so empty and cold
To fill the emptiness
We bought and bought
Maybe all the fancy cars
And bling will make us feel satisfied
My dear brother and sister
It’s time to change inside
Open your eyes
Don’t throw away what’s right aside
Before the day comes
When there’s nowhere to run and hide
Now ask yourself ’cause Allah’s watching you

Is He satisfied?
Is Allah satisfied?
Is Allah satisfied?
Is Allah satisfied?
Oh

I’m walking with my head lowered in shame from my place
I’m walking with my head lowered from my race
Yes it’s easy to blame everything on the west
When in fact all focus should be on ourselves

http://www.islamiclyrics.net/maher-zain/awaken/

Hebat!!! transformasi humanis dalam musik

Ini sebuah transformasi manusia di bidang musik, perlu keahlian khusus dalam mengaransmen musik.. seperti dalam video ini

Unik..

Jika ada orang tua yang ingin mengasah keahlian serta bakat anaknya hendaklah sedini mungkin agar kelak nanti nggak grogi ketika di depan kamera... hahaha lucu!!!!!!!!!!!!!!

Ular makan Sapi

Seekor ular memakan sapi membuat gempar masyarakat di sekitarnya.. kejadiannya di kabupaten  gorontalo, bagaimana kalau teman-teman  yang di makan ??



Ayo Hidup Sadar!

Ayo hidup sadar!
Ketidak mengertian manusia, atau kita tepatnya, atas dasar konsep hidup penuh kesadaran, membuat kita hidup tanpa berkesadaran. Kita tidak sadar dengan apa yang kita dengar, apa yang kita lihat, kita tidak sadar dengan pikiran dan tingkah laku kita. Banyaknya hal yang kita jalani tanpa kesadaran dalam berbagai pemikiran kita, mulai dari perasaan hingga manivestasinya dalam bentuk tindakan, menimbulkan banyaknya kesalahan persepsi dalam hidup.

Kesalahan persepsi dalam kehidupan timbul karena manusia menjalani hidup tanpa kesadaran. Kesalahan persepsi ini lalu kemudian mengakar dalam pikiran kita dan dalam emosi kita hingga dalam tindakan kita yang tentunya mempengaruhi bagaimana kita menjalani hidup kita, tetapi juga mempengaruhi bagaimana sikap dan tindakan kita terhadap orang lain. Kesalahan persepsi baik atas diri kita sendiri, maupun kepada orang lain serta kepada kehidupan, menimbulkan berbagai permasalahan. Jadi kesimpulannya, manusia yang menjalani kehidupan tidak dengan kesadaran, akan menimbulkan manusia yang mempunyai persepsi yang salah terhadap kehidupan, dan akan menimbulkan manusia yang mempunyai masalah mulai dari terhadap diri sendiri, terhadap orang lain, hingga terhadap berbagai hal lainnya.

Dengan menjalani hidup tanpa kesadaran, kesalahan persepsi yang timbul menimbulkan berbagai masalah dalam berbagai sisi kehidupan kita, dan karena kita tidak mampu sadar untuk meilhat berbagai permasalahan secara lebih mendalam, kita menjadi cenderung mudah menyalahkan pihak lain. Sering sekali kita tidak menyadari bahwa di bawah sebuah masalah yang kita hadapi, masih ada lagi masalah lainnya. Dan dibawah masalah lainnya, masih ada masalah yang lainnya lagi.
“"Dengan hidup secara sadar, kita akan memiliki kemampuan untuk melihat, mendengar dan menelaah berbagai hal secara lebih mendalam"”

Tanpa kemampuan hidup penuh kesadaran, kita tidak menyadari bahwa masalah itu dihasilkan oleh penyebab yang terjadi melalui sebuah proses. Kitapun tanpa sadar sering sekali melupakan proses bagaimana masalah bisa timbul dan cenderung menyalahkan di titik akhir hasil dimana masalah itu sudah menjadi sangat konkrit. Akhirnya mudah sekali kita menyalahkan hal lain atau orang lain, karena kita tidak melihat proses gambaran masalahnya secara lengkap hingga ke akar.

Dibalik proses terjadinya sebuah masalah, tanpa juga kita sadari, kita sering menemukan penyebab lainnya dari masalah tersebut. Jadi kita sering tidak menyadari bahwa dibalik penyebab sebuah masalah, masih ada penyebab lainnya. Jadinya, sebetulnya ada ‘sebab dibalik sebab’. Hal ini tidak akan kita sadari jika kita tidak hidup dengan penuh kesadaran. Jika kita tidak memiliki kemampuan mendengar dan melihat berbagai hal secara lebih mendalam, kita hanya akan berpikir penyebab suatu masalah itu berdasarkan ujung sebuah masalah. Kita tidak berpikir penyebab-penyebab lainnya yang menjadi akar masalah tersebut.

Dengan hidup secara sadar, kita akan memiliki kemampuan untuk melihat, mendengar dan menelaah berbagai hal secara lebih mendalam. Dan oleh karenanya kita bisa menelusuri proses/kronologis terjadinya masalah, serta berbagai ‘sebab dibalik sebab’ dari berbagai lapisan penyebab dari sebuah masalah. Hanya dengan konsep hidup penuh berkesadaran kita jadi bisa mengerti sebuah kondisi secara lebih mendalam. Karena kita sadar terhadap berbagai hal. Kita sadar dengan proses terbentuknya suatu kejadian. Kita sadar dengan pikiran kita, kita sadar dengan kondisi orang lain, kita sadar dengan kondisi lingkungan kita maupun lingkungan orang lain, yang pada dasarnya semuanya mempunya kontribusi terhadap terjadinya masalah tersebut.

Demikian juga dalam penyelesaian masalah. Karena adanya sebab dibalik sebab dari penyebab terjadinya masalah, maka hanya dengan kesadaranlah, kita bisa menemukan akar dari sebuah masalah. Sementara, tanpa kesadaran, kita mungkin hanya menyelesaikan masalah di permukaan paling atasnya saja, tapi tidak menyelesaikan permasalahan dari penyebab-penyebab dibawahnya hingga ke akar dari penyebabnya. Jika kita hidup tanpa kesadaran hingga tidak memilikir kemampuan melihat sesuatu secara lebih dalam, maka kita hanya akan memangkas masalah di sisi ranting-rantingnya saja, tidak sampai ke akarnya, karena kita hanya bisa melihat penyebab masalah dipermukaan atas, tidak melihat akar dari penyebabnya.

Menyelesaikan masalah tanpa kesadaran dari berbagai lapisan masalah dibawahnya, dari berbagai lapisan penyebab dibawahnya, hanya akan membuat kita menyelesaikan masalah pada permukaan atas, pada ranting-rantingnya saja, tidak hingga ke akarnya. Menyelesaikan masalah tidak sampai ke akar, hanya akan membuat berbagai ranting-ranting masalah akan terus tumbuh lagi. Hingga tidak heran kita sering menghadapi esensi masalah yang sama, walaupun nampak luarnya masalahnya seperti berbeda, padahal sebetulnya akarnya sama. Masalah yang tidak diselesaikan tuntas hingga ke akarnya, hanya akan membuat masalah tersebut berulang, terjadi lagi dalam berbagai konteks.

Disinilah pentingnya mengerti konsep hidup penuh berkesadaran. Hidup berkesadaran membuat kita mampu untuk melihat, mendengar, menelaah suatu kondisi kehidupan secara dalam. Oleh karenanya kita tidak mudah menghakimi, meilai dan menyalahkan suatu kondisi atau menyalahkan pihak lain. Oleh karenanya kita mengerti proses suatu kondisi terbentuk. Dan karena bisa menelaah sesuatu lebih dalam, kita menjadi manusia yang lebih mempunyai pengertian. Manusia yang jauh lebih punya toleransi, bukan karena toleransi itu sebuah keharusan, tapi karena toleransi itu timbul dari sebuah pengertian yang mendalam dalam melihat sebuah kondisi.

Berbagai permasalahan diri kita, keseharian kita hingga masalah negara bahkan masalah dunia pada semua umat manusia adalah timbul karena manusia tidak menjalani hidup penuh kesadaran. Kesalahan persepsi yang timbul antar satu dan yang lainnya, penyelesaian masalah yang tak kunjung selesai, berulang dan berlarut bahkan masalah membesar dan memanjang adalah karena ketidakmampuan manusia untuk hidup penuh kesadaran. Ketidaksaran melihat dan mendengar secara mendalam.

Tidak ada salahnya kita mulai bisa mengamati, merasakan, melihat mendengar lebih dalam, lebih seksama mulai dari diri kita sendiri, untuk meningkatkan kesadarana kita dalam menjalani hidup hingga kita bisa bersikap, bertindak dalam mengurus diri dan hidup kita dengan baik. Pada dasarnya semua hal dalam hidup dimulai dari diri sendiri, barulah kita membaginya kepada orang lain.

Keseharian dan Nilai Kebaikan

Setelah bulan puasa dan melewati hari lebaran, kita kembali bekerja. Kembali menghadapi berbagai hal, berbagai tantangan. Ada saatnya kita kesal, kecewa, frustrasi dan lain sebagainya. Terkadang, latihan fisik, mental dan spiritual serta religius yang dijalani selama bulan puasa lalu, mendadak terlupakan.

Wah kalau begitu sayang ya, manfaat pelatihan di bulan puasa tersebut. Saya yakin setiap agama juga mempunyai masa-masa ‘pelatihan’ yang merupakan bagian dari ibadah beragama. Tetapi pelatihan diri ini bisa menjadi tidak ada artinya misalnya jika tindakan kita selanjutnya tidak mencerminkan nilai kebaikan yang menjadi tujuan dari peribadahan kita, misalnya setelah beribadah, keesokannya kita kembali ngaret dan tidak menghargai waktu orang lain, kembali membuang sampah sembarangan, kembali lalai memenuhi janji, kembali menyakiti orang lain, kembali ‘sradak sruduk’ di jalan dan lain sebagainya.

Banyak hal di berbagai agama melatih manusia untuk hidup secara SADAR. Namun sering kali manusia menjalani pelatihan dan ibadah tersebut hanya dalam periode tertentu saja, setelah selesai, manfaat dan tujuan utama pelatihan dan ibadah tersebut sendiri terlupakan atau seakan menjadi sesuatu yang terpisah sama sekali dari kehidupan sehari-hari.

Untuk saya pribadi, semua langkah kita menjadi bagian pancaran dari nilai yang kita pelajari dalam agama masing-masing, dalam semua tindakan kita sehari-hari. Sesuatu yang menjadi satu, terintegrasi. Percuma saja jika saya beribadah jika selanjutnya saya tidak memelihara lingkungan sekitar saya, buang sampah sembarangan, atau menyakiti orang lain, tidak memenuhi janji yang saya buat, misalnya. Atau misalnya saya beribadah, tapi kemudian keesokan harinya, saya tidak menghormati orang lain dan main hakim terhadap orang lain, merasa diri yang paling benar. Atau misalnya setelah sebulan berpuasa keesokan harinya saya sradak sruduk dijalan tanpa memperhatikan keselamatan orang lain. Atau, sayang sekali kita beribadah jika keesokan harinya kita masih memelihara sifat pendendam dan pendengki. Semua nilai kebaikan yang kita pelajari dalam setiap agama yang kita peluk, menjadi sirna saat kita tidak mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sederhana sekali, sebetulnya apa yang kita lakukan dan nilai-nilai kebaikan yang kita pelajari dalam agama apapun, bukan hanya dalam konteks menjalani ritualnya saja, tetapi bahwa itu akan menjadi bermanfaat dan relevan saat kita membawanya dalam tingkah laku kita sehari-hari dan membawa kebaikan mulai dari lingkungan terkecil di keluarga, hingga ke masyarakat , serta dalam kehidupan. Itulah gunanya untuk selalu meningkatkan KESADARAN di dalam diri kita agar kita bisa kerap membawa nilai kebaikan dalam kehidupan.

Mulai sekarang, yuk kita secara sadar membawa nilai kebaikan dan cinta kasih dalam perilaku kita sehari-hari.

Dengan posting ini, saya juga ingin mengucapkan mohon maaf lahir dan batin. Mohon maaf jika ada tindakan saya yang menyakiti atau menyinggung teman-teman.

Love and peace.

Senin, 11 Oktober 2010

PENGUJIAN TERHADAP TECHNOLOGY-TO-PERFORMANCE CHAIN : PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELING

Salah satu tujuan utama penelitian-penelitian dibidang sistem informasi adalah untuk membantu tingkat pemakai akhir dan organisasi agar dapat memanfaatkan teknologi informasi secara efektif (Staples & Seddon, 2004). Dibidang akuntansi, perkembangan teknologi informasi telah banyak membantu meningkatkan sistem informasi akuntansi. Peningkatan penggunaan teknologi komputer sebagai salah satu bentuk teknologi informasi telah banyak mengubah pemrosesan data akuntasi secara manual menjadi otomatis. Dengan otomatisasi atau sistem informasi yang berdasarkan pada komputer berbagai fungsi dapat dilakukan secara tepat dan cepat (Daljono, 1999). Lebih lanjut, Daljono (1999) mengatakan bahwa di setiap organisasi yang ada saat ini telah banyak tersedia peralatan dengan teknologi tinggi yang bernilai sangat mahal. Peralatan tersebut digunakan untuk mendukung system informasi yang mereka butuhkan, sehingga diharapkan akan mampu meningkatkan kinerja individu maupun kinerja organisasi.
Salah satu model yang dapat membantu menjelaskan kepada pemakai tentang peran teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja adalah technology to performance chain (TPC) model yang dikembangkan oleh Goodhue dan Thompson (1995). TPC merupakan sebuah model yang mana teknologi akan memberikan peran terhadap kinerja pada tingkat individual. Inti dari model tersebut adalah supaya teknologi informasi dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja pada tingkat individual maupun organisasi, maka teknologi harus dimanfaatkan dan harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.
Goodhue dan Thompson (1995) telah menguji sebagian dari model TPC, dengan hasil bahwa terdapat pengaruh positif pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja individual. Dalam penelitiannya, Goodhue dan Thompson (1995) tidak menguji hubungan kesesuaian tugas teknologi terhadap konsekuensi yang diharapkan dari pemakaian, affect, norma sosial, kebiasaan dan kondisi yang memfasilitasi. Sebagian dari model yang tidak diuji oleh Goodhue dan Thompson (1995) kemudian diuji oleh Staples dan Seddon (2004) dengan menggunakan dua sampel yaitu mandatory use dan voluntary use. Staples dan Seddon (2004) menunjukkan bahwa pada mandatory use kesesuaian tugas teknologi berpengaruh positif signifikan terhadap konsekuensi yang diharapkan dari penggunaan, affect dan kinerja individual. Konsekuensi yang diharapkan dari penggunaan dan affect berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pemanfaatan, sedangkan norma-norma sosial berpengaruh positif signifikan terhadap pemanfaatan. Kondisi yang memfasilitasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pemanfaatan, sedangkan pemanfaatan terhadap kinerja juga berpengaruh negatif tidak signifikan. Pada voluntary use, konsekuensi yang diharapkan dari penggunaan dan kinerja berpengaruh positif signifikan terhadap kesesuaian tugas teknologi, sedangkan affect berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kesesuaian tugas teknologi. Konsekuensi yang diharapkan dari penggunaan berpengaruh positif signifikan terhadap pemanfaatan, sedangkan affect dan norma sosial berpengaruh negatif terhadap pemanfaatan, sedangkan pemanfaatan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja.

KUMPULAN SYAIR-SYAIR KARYA : RONALD SOEMITRO BADU

"Cintaku bukan cinta biasa,, syair yg membuka petualangan cinta di setiap sumbu api yang bergelora,, membakar setiap ketidakpastian dan merayu keadaan yang sesungguhnya,, mencuri keemasan tutur kata di ujung belati yang karat,, menusuk dan mencuri hati setiap biduan,,, Ronald,,.

"Rabu,,, hari yang menyebalkan,,, berhimpitan di antara hari-hari sebelum dan sesudahnya,,, diam seribu bahasa dan menafsirkan semua cerita mengikuti keinginan hati ,, Oohh,,, Hufff,,, malangnya nasibku,,!! sekarat dan tertindas di atas teriakan sang pemuja,, menghempaskan angan-angan yang tak kunjung datang,,, bersembunyi dan mengintip,, di balik kaca jendela rumah tuaku,,, Ronald.

"Selasa hujan jatuh membasahi pepohonan, di sela-sela aktivitas yang padat membanjiri setiap tanah di antara jalan-jalan kecil yang ku tapaki, membasahi setiap jeritan di antara kilat yang menyambar,, ku coba berteduh di antara pepohonan tanpa bergeming sedikitpun dan berharap s'moga hari ini kan berakhir dengan indahnya,,, Ronald

"Senin aktivitas mulai di gulirkan,, mengejar harapan di titian kelelahan,, hari yang terasa panjang di banding hari-hari yang lain setelah kemarin kita bercerita dan bersendauan di antara pepohonan menatap ombak di sebahagian bumi pertiwi,, memekik harapan,, semoga hari ini lebih baik dari yang kemarin",,, Ronald

"Kesendirianku di antara mendung yg kelabu menggores sejuta asa yang tak pasti, menyambut luka lama di antara pepasiran pantai,, selangkah lebih jauh menjelajahi awan hitam,, menimbulkan ingatan lalu yang tak kunjung hilang seperti sandungan karang di antara lautan Biru penuh bebatuan,, ku terpaku dan mendengar bisik di telingaku,, Apakah hari itu kan datang?????? Ronald

"Wanita itu bunga di antara duri,, jika tergessa-gesa kita memetiknya maka akan mudah tergores dan luka'' untuk itu penuhi ruang insani dengan kesabaran dan keseriusan untuk meluluhkan hati wanita".. Ronald

"Cerita kehidupan manusia di tulis dengan tinta emas Tuhan,, tak ada yang bisa menghapus dan merubahnya tanpa seizinnya,,, seperti bayi yang baru lahir tanpa membawa apapun sedianya seperti itulah kita kembali,, Ronald

Aku mulai jauh darimu,,, terbuai dgn keindahan dunia,,, merasa tak puas dgn apa yg ku miliki,,, padahal hati ini tahu kalau itu salah,,, tantangan itu sll datang silih berganti,,, mencoba merayu kebenaran yg sesungguhnya,,, di antara bayang-bayang kehidupan,,, merampas kebebasanku seolah terpenjara di selubungi hawa nafsu yg tak kunjung padam,,, ampunkan sgala dosa2ku,,, TUHAN.,,, Ronald

"Cinta itu laksana lentera yang menyinari,, kalau cahaya itu redup niscaya tak akan ada sentuhan candu asmara,, tapi jgn terlalu terbuai olehnya,, karena bisa menjadi buta seperti kehilangan saudara di tengah padang gersang,,,, Ronald

Penyair adalah orang yang tidak bahagia, karena betapa pun tinggi jiwa mereka, mereka tetap diselubungi airmata. Penyair adalah burung yang membawa keajaiban. Dia lari dari kerajaan syurga lalu tiba di dunia ini untuk berkicau semerdu-merdunya dengan suara bergetar. Bila kita tidak memahaminya dengan cinta di hati, dia akan kembali mengepakkan sayapnya lalu terbang kembali ke negeri asalnya,,, Kahlil Gibran

"Perangi amarahmu karena itu yang membuatmu buta,,, kebutaan bukan datang dari mata melainkan jiwa laksana cinta yang bersembunyi di balik tabir keraguan,,, kebutaan bukanlah akhir dari segalanya sebab kebutaan adalah proses mencari jati diri yang sesungguhnya,,,, Ronald

"sedalam-dalamnya rahasia arti cinta,,, hanya mengandung dua hal,,, yaitu "Memberi dan menerima".. Ronald

Cinta tak bisa di bunuh,, karena cinta itulah pedang,, jika terjebak maka cinta akan mudah membunuh perasaan.. cintailah cinta,, karena diantara cinta mengandung cinta yang sesungguhnya... Ronald

"Wanita itu bunga di antara duri,, jika tergessa-gesa kita memetiknya maka akan mudah tergores dan luka'' untuk itu penuhi ruang insani dengan kesabaran dan keseriusan untuk meluluhkan hati wanita".. Ronald

"Wanita adalah lambang keindahan, jika keindahan itu sirna maka tak akan ada cinta.. tiap-tiap lelaki mencintai dua wanita,, yang pertama jiwanya dan yang kedua raganya..." Ronald.

"Seorang wanita telah dilengkapi oleh Tuhan dengan keindahan jiwa dan raga adalah suatu kebenaran, yang sekaligus nyata dan maya, yang hanya bisa kita fahami dengan cinta kasih, dan hanya bisa kita sentuh dengan kebajikan".

"Pengertian itu adalah tunas jiwa yang lahir diantara kesetiaan dan pengabdian,, justru jika salah diartikan akan mudah membawa kesengsaraan dan akibatnya tunas itu akan layu dan mati,, untuk membangkitkan keemasannya kembali, modalnya hanya satu yaitu saling menghargai,, harga diri adalah pokok pangkal manusia,, harga diri bukanlah materi atau bukanlah ejaan bahasa sang pekerti,, harga diri adalah pembuktian diri manusia seutuhnya,,, Ronald

"Nyanyian itu bagai kicauan burung elang,, kepakkan sayapnya berdentungan di antara langit dan bumi seperti alunan musik orkestra,, menghirup udara di antara pepohononan yang menengadah ke atas langit,, sorot matanya menampung semua pandangan dari kejauhan,, terbang melintasi samudera dengan suara yang memekik,,, Ronald

ketersinggungan adalah pangkal utama kehancuran,, ketersinggungan adalah racun maya manusia,, ketersinggungan adalah penilaian yg bukan di dasari sifat yang bijak,, Ketersinggungan tidak bisa di hilangkan,, ketersinggungan adalah proses mencari jati diri insani,,, Ronald

"Kedewasaan adalah sebuah pencitraan atas kematangan emosional yang melahirkan budi pekerti serta akhlak yang mulia,, Tiap-tiap manusia memiliki sifat kedewasaan yang berbeda-beda,, ada yang di dasari oleh materi dan ada yang di dasari oleh penjiwaan,,, Ronald

"Kesabaran adalah buah dari penderitaan dan kesenangan, Orang yang mulia adalah ketika di uji dengan penderitaan mereka sabar menghadapinya namun lebih mulia lagi orang yang mengingat tuhannya di waktu senang maupun susah,,, Ronald

keyakinan bukanlah sebuah cerita maha brata,
menyesuaikan keadaan diantara keraguan dan keteguhan
laksana aliran sungai diantara bebatuan kecil
mengalir begitu derasnya sejernih sucinya hati..

keyakinan adalah semangat pantang menyerah
untuk itu yakinkan dirimu baru bisa meyakini orang lain
karena keyakinan bukan datang dari siapa-siapa
melainkan datangnya dari jiwa yang lemah,, Ronald

Dunia ini hanya buangan,, buaian kehidupan dari setiap sejarah manusia,, melangkahi waktu yang tak hentinya berputar,, menunggu kebinasaan datang menjemput,, menuju pintu kehidupan yang sesungghnya,, kehidupan yang sesungguhnya??? coba tengok!! dari mana, ada di mana dan hendak ke mana kita nanti,,!! Amal dan Ibadah yang menentukan,,, Ronald

INGAT TUHANMU, PENYESALAN TIADA AKHIR” Karya : Ronald Soemitro Badu

Berhati-hatilah…
Kelak, hidup adalah ketika engkau menjalani hari-hari dengan optimisme, melakukan hal-hal hebat,
Menikmati kebersamaan dengan orang-orang baru, kemudian tergelak dan gembira, membuat semua orang berpikir hidupmu telah sempurna.

Sekilas pandang, engkau akan yakin,,
Dirimu berada di hutan belantara,,
Jauh dari galaksi yang tidak terdeteksi teleskop paling canggih abad ini,
Dan menyeretmu jatuh, bahkan langitpun akan membentuk auramu,

Mendengar namanya disebut pun kau akan ketakutan,,
Jika dia dekat, engkau akan merasa utuh dan terbelah ketika dia jauh.
Engkaupun mulai tersenyum dan menangis tanpa mau disebut gila.

Sewaktu hati meriah oleh benda-benda yang berpijar,,
Kau akan tersentak kagum,, seperti bertemu seseorang lalu perlahan-lahan merasa nyaman berada disekitarnya,,
Dan mungkin sudut pandangmu menutupinya,, karena akal sehatmu mulai hilang,,
Padahal wajahnya memenuhi setiap sudutmu,,

Tuhan,, yang kau sebut-sebut namanya ketika kau dalam keadaan susah
Bersiaplah,,, engkau akan mulai merengek di depannya,,
Meminta sesuatu yang mungkin telah haram bagimu ,,
Karena di situlah hidup para hati yang terjebak dalam ruang tunggu tanpa tepi waktu,,

Hatimu bergerak mendesaukan suaranya,,
Mengingat masa kejayaan dan kekaisaran yang kau buat,,
Laksana pangeran di atas kereta kencana,,
berjalan menyusuri permadani yang ditaburi bunga tidur,,

Saat jeda itu tiba,, tanganmu menengadah ke atas langit dengan lidah yang menjulur kebawah,,
Sepertinya penyesalan tak ada artinya,,, karena kau melalaikannya,,
Akhirnya perasaanmu melengkung dan membalut penyesalanmu,,
Semisal badan yang tak memiliki sehelai benang pun menutupi kehormatanmu,,

Sanjunganmu kepadanya seperti debu yang tertiup angin,,
Walaupun kau mengukirnya dalam doa yang maha dahsyat,,
Selama pandangmu tidak tertuju pada apa yang dia kehendaki,,
Selama itu pula kau menjadi pengikut iblis,,

Kedepankan kehati-hatianmu,,
Pegang erat dan jangan kau coba melepas daripada-Nya,,
Atau tidak kau akan jatuh di jurang tempat kenistaan berada,,
Dan tak akan ada seorang manusia pun yang mampu mengeluarkanmu,,


Adakah engkau tahu??,, jika engkau cinta akan dia,,
Tatapan seperti itu tidak mungkin dusta, karena dia melekat erat di urat nadimu dan mengalir deras di darahmu,,
Kasih-Nya tidak terbatas,, kasih yang tidak mampu engkau tukar dengan gunung emas,,
Seolah tak cukup engkau serahkan seluruh hidup,, bagimu menarik napas pun seolah membuat nyawamu terampas,,

Hingga kini, menunggu bagi-Nya harus bertemu,,
Karena seluruh jiwamu ada ditangannya,,
Ingatlah Tuhan yang kau anggap mampu menyelamatkanmu,,
Atau masih adakah Tuhan selain dia?
Jika tidak, kau akan berada di tengah penyesalan yang nyata,,

Kau kira harta bisa menyelamatkan?
Bagaimana dengan wajah cantik yang kau banggakan,,?
Sadarkah engkau bahwa itu di cipta dari tanah yang hina?
Atau mungkin kau punya sesuatu yang lebih baik daripada-Nya?

Kau tahu tidak? Ulahmu ini akan membuat tuhan tertawa,,
Seolah membiarkanmu dalam penjara yang penuh rantai besi melingkarimu,,
Hingga nyawamu sudah tak berarti lagi,,,
Menyesalpun tak ada gunanya,,, karena masamu telah tiba, melainkan menyisakan bangkai yang busuk,,,

Tetaplah kau di dunia ini, karena dunia ini milikmu,,
Tuhan pun tidak mengambil keuntungan dari padamu,,
Saat hari itu datang, kau pun hancur dan binasa bersama duniamu,,
Dan tuhan pun tertawa,,,,

Ha.ha.ha.ha.ha. Okelah kalau begitu,,,,,!!!!

TENTANGKU PUISI Karya ; Ronald Soemitro Badu

Dalam kesendirianku, aku selalu mamandang langit
Sehingga menumbuhkan bibit baru dalam hati
Jika hatiku adalah kupu-kupu, sudah lelah hatiku melanglang setiap sudut bumi
Walaupun lelah, sudah terlambat untuk mematikan tanaman hati ini

Aku suka menulis sajak puisi
Karena setengah jiwaku berada di sana
Terkadang hasratku bergejolak, kemudian memintaku pergi untuk menjemputnya
Melakukan sebuah perjalanan meniti jejak di permukaan pelangi

Aku tak pernah mengenal cinta
Karena cintalah yang mengenalku dahulu dan cintalah yang mengenalkanku kepadanya
Aku terlalu dini untuk merangkai kata mesra, biarkan cinta yang menghampiriku
Karena tidak semua cinta layak diperjuangkan

Bagiku tidak ada kata terlambat untuk kebajikan
Dan aku menyimpannya bagai sebuah kotak perhiasan
Aku menaruhnya di lemari jiwa diselimuti gembok hati
Dan aku membagikannya kepada orang lain, ketika Tuhan menginginkannya

Ada yang tersenyum sambil membisikkan dendang langka
Lagu yang sangat digemari generasi masa kini
Ya?? Aku suka musik!! karena dia bersembunyi di antara rahasia pecinta hati
Dan hanya seniman yang bisa mengutarakannya

Aku mengidolakan kesederhanaan
Dan aku tak suka kemunafikan
Karena lelah sudah ku hiasi awan putih
Tapi malam selalu menutupinya

Makanan favoritku adalah yang halal untukku
karena dia telah membubuhi daging dan tulang
dia membersihkan setiap makanan dari debu
dan mengobati perut yang kosong

Aku pengagum wanita
Karena bagiku wanita adalah kerajaan syurga
Dan jika kerajaan itu hancur, maka tunggulah kehancuran datang menjemput
Seperti anai-anai yang bertebaran di malam hari

Aku punya sejuta kelemahan
Karena dia datang bukan berasal dari kelemahanmu
Dan bukan pula berasal dari kelemahannya
Melainkan dia berasal dari diriku yang lemah


Candaku sering menggelitik teman-temanku
Aku suka humoris tapi bukan pelawak
Dan bukan pantomim pemeran panggung sandiwara
Melainkan karena aku bahagian dari celoteh gurau mereka

Aku bukan orang baik-baik, tapi aku suka kebaikan
Karena Aku lemah di antara kekuranganku
Dan kurang di antara kelemahanku
Dan bukanlah aku manusia sempurna melainkan kalian

Aku suka belajar dan belajar
Karena aku bodoh di antara kepintaranku
Dan pintar di antara kebodohanku
Meskipun air telah memenuhi permukaan bumi

Aku hanyalah pengemis dan bukan bangsawan
Karena Aku tak memiliki apa yang kau punya
Tapi aku memiliki jiwa dan kau tak akan bisa merebutnya dariku
Walaupun kau membayarnya dengan tersenyum dan menangis untukku

Rasanya seperti habis mengakhiri perjalanan jauh menulis semua ini
Karena ini telah menyedot ketidak mampuanku dalam berpikir, bermimpi dan mencintai
Aku tidak terlalu mengenal apa yang ku tulis, laksana menulis di atas air semua ini
Kelak, jika kalian memahaminya,, tolong kabari aku,,!!

REVENUE RECOGNATION AND RELATED EXPENSES

A. PENGUKURAN PENDAPATAN DAN BIAYA DENGAN DASAR AKRUAL

Laporan keuangan pada dasarnya disusun berdasarkan metode akrual, seperti yang disyaratkan dalam SAK karena dianggap lebih unggul dalam mengukur kinerja, maupun kondisi keuangan dibanding dengan metode berbasis kas. Keterbatasan metode cash dimana pada umumnya penjualan dilakukan dengan kredit, investasi jangka panjang yang mamfaatnya di rasakan untuk beberapa periode dan ketepatan waktu pengakuan transaksi.

1. PENGAKUAN PENDAPATAN

Pendapatan (Revenue) didefenisikan sebagai arus masuk atau peningkatan nilai aktiva suatu perusahaan atau penurunan kewajiban yang berasal dari aktivitas utama perusahaan.
Penghasilan dari kegiatan operasi yang dilakukan oleh perusahaan dibedakan antara sumber daya ekonomi yang diterima. dan sumber daya ekonomi yang dibayarkan kepada pemasok, karyawan, dan penyedia jasa dan barang lainnya. Sedangkan nilai tambah adalah selisih antara nilai dari arus masuk dan keluar. masalah muncul karena kas yang diterima dari Kegiatan operasi tertentu, mungkin terjadi dalam waktu yang berbeda dari periode ketika perusahaan pengeluaran kas dengan dasar akrual. pengembangan kriteria untuk mengakui pendapatan dan beban tidak mengikuti arus kas, tapi lebih mengacu pada nialai tambah ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan selama periode berjalan. Nilai tambah ekonomi mempengaruhi periode laba rugi dan perubahan dalam penilaian aktiva, kewajiban dalam neraca. Dengan menerima dasar akrual, tidak sepenuhnya menyelesaikan pertanyaan tentang kapan perusahaan mengakui pendapatan dan beban yang sesuai. Pilihan untuk mengakui revenues meliputi, misalnya, (1) selama periode produksi, (2) setelah produksi, (3) pada saat penjualan, (4) selama periode saat piutang tersebut beredar, atau (5) di waktu penerimaan kas.

Salah satu keputusan yang paling penting pelaporan perusahaan adalah ketika melakukan pengakuan pendapatan. Pada prinsipnya pengakuan pendapatan sebagian besar perusahaan pada saat penjualan (pengiriman) barang atau jasa. Pada titik ini perusahaan di estimasi telah memiliki nilai tambah ekonomis yang dihitung dari nilai estimasi arus masuk dengan nilai arus keluar (harga pokok).

Dari perpektif analisis pengakuan pendapatan dengan dasar akrual yang tidak layak akan menyebabkan :
a. jika perusahaan mengakui pendapatan sebelumnya atau terlambat, maka pendapatan diakui pada periode yang salah.
b. Jika perusahaan mengakui pendapatan sebelum adanya kepastian realisasi, maka pendapatan dan kemungkinan tidak terjadinya realisasi diakui pada periode yang berbeda.
Untuk mengatasi hal diatas maka dikeluarkan criteria pengakuan pendapatan yaitu :
a. Aktivitas penghasilan untuk memperoleh penghasilan telah selesai, dan tidak dibutuhkan lagi usaha yang signifikan untuk menyelesaikan transaski
b. Resiko kepemilikan dalam penjualan telah dipindahkan ke pembeli
c. Transaksi pendapatan dengan nilai yang wajar
d. Transaksi pendapatan tidak melibatkan kemungkinan pembatalan

2. PENGAKUAN BEBAN 

Beban (Expenses) adalah arus keluar yang terjadi atau arus keluar yang akan terjadi atau alokasi arus keluar yang terjadi pada masa lampau yang terjadi dalam aktivitas perusahaan. Penangguhan biaya untuk dikapitalisasi sesuai dengan mamfaat dari biaya tersebut dimasa depan
pelaporan keuangan mengharuskan pengakuan biaya dengan dasar akrual dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Beban dilaporkan bersamaan dengan periode dimana pendapatan diakui.
b. Beban tidak diakui pada periode terjadinya, jika mamfaat dari biaya tersebut untuk periode masa depan.

Menerapkan pengakuan pendapatan dan pencocokan prinsip ke dalam bisnis yang sebenarnya tidak sesederhana kriteria yang muncul, karena apakah prinsip-prinsip yang benar diterapkan dalam keadaan tepat.

1.Ketidakpastian penagihan.
Untuk mengakomodasi ketidakpastian penagihan diperlukan penyisihan untuk cadangan penagihan piutang. Penilaian ini dilakukan berdasarkan kondisi, disaat perusahaan tidak lagi memiliki kenyakinan yang layak mengenai kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Penilaian ini dapat didasarkan pada prinsip konservatif, liberal atau optimistis.
2. Pengakuan pendapatan pada kontrak jangka panjang.
Siklus operasi kontrak jangka panjang berbeda dari sebuah perusahaan manufaktur beberapa hal penting untuk diketahui bahwa :
a. Periode konstruksi berlangsung dalam beberapa periode akuntansi
b. Kontraktor mengidentifikasi pelanggan dan menyepakati harga kontrak di muka (atau setidaknya pada tahap awal konstruksi).
c. Pelanggan sering membuat pembayaran berkala dari harga kontrak selama pekerjaan berlangsung.
Pelaksanaan kontrak menunjukkan bahwa kontraktor telah sepakat dengan kontrak. Kontraktor menerima uang di muka berdasarkan penilaian pekerjaan dengan persetujuan pelanggan, dan seluruh nilai kontrak diterima setelah selesainya pekerjaan. Penerimaan uang dalam masa kontrak belum dapat diakui sebagai pendapatan karena pendapatan sesungguhnya terjadi pada saat proyek selesai. Ketentuan yang mengatur tentang besarnya nilai pendapatan dapat dengan menggunakan metode persentase penyelesaian. Dengan metode ini kontraktor mengakui sebagian dari nilai kontrak sebagai pendapatan.

3.Persediaan dan asumsi aliran biaya
Persediaan dan penilaian persediaan merupakan komponen penting pada beberapa jenis usaha, karena dampaknya pada laba usaha. Laba usaha yang dilaporkan dipengaruhi oleh pemilihan metode penilaian (LIFO, FIFO, Average). Pada periode dimana harga barang meningkat metode FIFO memberikan kaba kotor yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode LIFO karena biaya persediaan rendah dikaitkan dengan penjualan yang menggunakan harga terkini, hal ini disebut keuntungan fiktif karena terdiri dari laba ekonomi dan laba kepemilikan. Laba ekonomi dihitung dari selisih antara harga jual dengan biaya pengantian, yang merupakan fungsi dari nilai perputaran nilai persediaan. sedangkan laba kepemilikan dihitung dari selisih antara harga perolehan dengan harga nilai penggantian.
Peningkatan laba kotor pada metode FIFO menyebabkan laba sebelum pajak meningkat yang berimplikasi pada peningkatan jumlah pajak yang dibayar, hal ini berdampak pada pengurangan arus kas, sedangkan perusahaan diperhadapkan pada situasi dimana perolehan kembali aktiva pada harga yang lebih tinggi.
Metode LIFO melaporkan nilai yang lebih rendah dari nilai penggantian, hal ini tidak mencerminkan nilai persediaan terkini dan dapat mempengaruhi ratio lancar dan ratio perputaran persediaan. Untuk kepentingan analisa bagi perusahaan yang menggunakan Metode LIFO diharuskan untuk mengungkapkan jumlah yang akan dilaporkan jika perusahaan menggunakan metode FIFO selisih dari kedua metode ini disebut cadangan LIFO.. karena dengan data ini dapat digunakan untuk menghitung jumlah yang akan mempengaruhi arus kas kumulatif. Cadangan LIFO dibutuhkan untuk menyesuaiklan nilai persediaan agar mendekati biaya persediaan terkini

Football Accounting

Accounting reports on intangible assets have long been a problem, especially, those related to human capitals. They have become a problem whether they appear in balance sheet or not. These, human capitals have in fulfill asset definitions and recognition criteria. This paper highlights human capital reported in the United Kingdom football club's balance sheet. Ax we know the United Kingdom football industries have developed and yielded hundred billions pounds every year. They have also made football players become most important and most expensive in football clubs, with clubs paying regular large transfer fees in the transfer market to acquire players. FRS 10 Accounting /or intangible assets and goodwill, recommends capitalization as the most appropriate treatment for intangible assets. There are two main issues that will be analyzed in this paper, First, do football players fulfill the accounting criteria to be classified as assets of the football clubs? Second, if so how should they account for?

Football Accounting

In the "round" the Accounts of a football team have to be a bit like their defence "well-balanced" and that has to be the ultimate "goal." Some teams may wish to go for short term asset accounting - applying to players under 5'6" like Butt and Scholes.
Liverpool, for example, have to know how much is "Owen" and whether they should make a "Provision for Bad Dudeks" and as they all Excel as a team, all accounts are doen either in Basic or Heskey format. For further detaisl, please consult Jay Tanna

Players do not appear on the Balance Sheet

I suspect you really wanted to know if you could show the players on the Balance Sheet as assets.
As you probably suspect the answer is no.
The suggested route here is to insert a note into the Directors Report which includes an appraisal of the value of players on the transfer market.

Players are treated as stock in trade!


John,

I think the players are treated as stock in trade and valued at year end. Valuation takes account of the following:

1) how many eyes they have;
2) Have they got both legs;
3) Can they command respect on the pitch;
4) Can they read and write;
5) Are they marketable to media;
etc etc

Also, I have just found out that the reason players get paid more (say Owen gets £80,000 per week) is becasue any spornsorship money he gets belongs to the club!. I didn't know this. I was always in the opinion that private ads by a player is his own affairs.

Player are sold like slaves were sold in the 18th and 19th century or ships and cattle sold these days!.

It is a good idea to get hold of company accounts of ManU, or some similar club, to read their accounting policies.

We wait and see whether Henrik Larsson (Celtic) can score against the best of Liverpool defence tomorrow, Saturday 10/11/01.

Hope this helps.

Sosialisme Utopis

Sosialisme Utopis atau Sosialisme Utopia adalah sebuah istilah untuk mendefinisikan awal mula pemikiran sosialisme modern. Para sosialis utopis tidak pernah benar-benar menggunakan ini untuk menyebut diri mereka; istilah "Sosialisme Utopis" awalnya diperkenalkan oleh Karl Marx dan kemudian digunakan oleh pemikir-pemikir sosialis setelahnya, untuk menggambarkan awal kaum sosialis intelektual yang menciptakan hipotetis masa datang dari penganut paham egalitarian dan masyarakat komunal tanpa semata-mata memperhatikan diri mereka sendiri dengan suatu cara dimana komunitas masyarakat seperti itu bisa diciptakan atau diperjuangkan.

Kata utopia sendiri diambil dari kisah pulau Utopia karangan Thomas Moore.

Karena Sosialisme utopis ini lebih merupakan sebuah kategori yang luas dibanding sebuah gerakan politik yang spesifik, maka sebenarnya sulit untuk mendefinisikan secara tepat istilah ini. Merujuk kepada beberapa definisi, desinisi sosialisme utopis ini sebaiknya melihat para penulis yang menerbitkan tulisan-tulisan mereka pada masa antara Revolusi Perancis dan pertengahan 1930-an. Definisi lain mengatakan awal mula sosialisme utopis jauh lebih ke masa lalu, dengan mengambil contoh bahwa figur Yesus adalah salah satu diantara penganut sosialisme utopis.

Walaupun memang terbuka kemungkinan siapapun yang hidup dalam waktu kapanpun dalam sejarah dapat disebut sebagai seorang sosialis utopis, istilah ini lebih sering dipakai terhadap para sosialis utopis yang hidup pada seperempat masa pertama abad 19. Sejak pertengahan abad 19 dan selanjutnya, cabang-cabang sosialisme yang lain jauh melebihi versi utopisnya, baik dalam perkembangan pemikirannya maupun jumlah penganutnya. Para sosialis utopis sangat penting dalam pembentukan pergerakan modern bagi komunitas intentional dan koperasi, techno komunisme.

Istilah "sosialisme ilmiah" kadang digunakan oleh para penganut paham Marxisme untuk menguraikan versi sosialisme mereka, terutama untuk tujuan membedakannya dari Sosialisme Utopis dimana telah terdeskripsi dan idealistis (dalam beberapa hal mewakili suatu yang ideal) dan bukan ilmiah, yaitu, yang dibangun melalui pemikiran dan berdasarkan pada ilmu-ilmu sosial.

Spiritual Capital Memberdayakan SQ di Dunia Bisnis

Bisnis biasanya diidentikkan dengan pendapatan dan keuntungan -- kalau bisa sebesar-besarnya dan secepat-cepatnya. Sejalan dengan itu, para pebisnis segera digambarkan sebagai orang-orang yang mementingkan diri sendiri: serakah, egoistis, oportunistis, berpikir jangka pendek, dan sejenisnya.
Sebaliknya, spiritualitas umumnya diidentikkan dengan sikap-sikap altruistik dan asketis, termasuk mementingkan orang lain, berkorban demi orang lain, dan semacamnya.
Nah, mungkinkah bisnis dijalankan dengan pendekatan spiritual? Apakah dunia bisnis memang hanya cocok bagi orang yang egoistis? Bagaimana seorang bervisi spiritual dapat menjalankan bisnis yang juga tetap menghasilkan profit?

Buku ini menunjukkan bagaimana SQ (kecerdasan spiritual) -- yang digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall dalam buku best-seller SQ -- mungkin, bahkan niscaya, diberi tempat dalam dunia bisnis. Yakni, jika bisnis diinginkan agar berkelanjutan (sustainable). Di samping modal materiil dan modal sosial, SQ akan memperkaya bisnis dengan modal spiritual.
Bisnis-dengan-SQ tetap berorientasi profit, tapi bukan hanya bagi diri sendiri, melainkan bagi seluruh stakeholder: karyawan, pemilik, mitra kerja, keluarga, masyarakat, bahkan alam dan seluruh kehidupan di bumi.

Spiritual capital (modal spirit) merupakan semangat tinggi sebagai faktor penunjang kemenangan yang tumbuh dalam diri seseorang, dengan semangat ini akan lahir etos kerja yang dapat menggerakkan,mengarahkan manusia dalam melakukan setiap aktifitasnya. Semangat berupa sikap, kepribadian, watak karakter, serta keyakinan atas sesuatu (etos), tidak hanya dimiliki individu, tetapi juga kelompok bahkan masyarakat.1 Karakter dan kebiasaan berkenaan dengan kerja, yang  terpancar dari sikap hidup manusia merupakan suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan  dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai manifestasi dari amal saleh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.2 Sehingga spiritual capital akan dapat melahirkan nilai kerja yang positif . Keterjebakan atas uang sebagai sumber motivasi dan rendahnya semangat untuk berprestasi masyarakat, tergambar dalam pandangan Robert T. Kiyosaki yang mengatakan; cinta akan uang adalah akar segala kejahatan dan kekurangan uang adalah akar segala kejahatan, atau saya tidak bekerja untuk uang tetapi uang berkerja untuk saya.3 Persoalan spiritual capital sangat urgen terlebih dalam memberdayakan komunitas masyarakat terpinggirkan, sebab selama ini segala sesuatunya hanya diukur dari laba material, demikian juga dengan suatu keberhasilan diukur dengan seberapa mampu meraup materi, seberapa luas ekspansi, pendapatan, kekuasaan dan lain-lain.

Dengan menumbuhkan semangat spiritual kapital di tengahtengah masyarakat, diharapkan pola fikir yang cenderung pasif seperti robot, pasrah dengan yang ada, bekerja hanya untuk uang sebagai pola kapitalis, berubah kearah pola fikir mengapa kita mengerjakan sesuatu dan terus berupaya mencari cara-cara yang lebih baik dalam beraktivitas dengan gool setting hidup lebih memiliki arti, karena hidup manusia hakikatnya sebagai mahluk spiritual yang dahaga akan nilai dan makna.


Ronald Soemitro

Spiritual Capital, Jawaban atas Ketimpangan Kapitalisme

''Tak ada yang lebih buruk daripada monster yang memangsa dirinya sendiri.'' Inilah gambaran dunia yang terperangkap Kapitalisme Barat yang dilontarkan Prof Dr Danah Zohar, dalam sebuah seminar di Jakarta baru-baru ini.
Pakar Spiritual Quotient (SQ) yang mendapat gelar sarjana bidang Fisika dan Filsafat dari Massachusetts Institute of Technology (MIT, 1966) dan Doktor di bidang Filsafat, Psikologi, dan Agama dari Harvard University Graduate Spiritual Capitalhool (1969) ini telah menghasilkan beberapa buku best-sellers, seperti The Quantum Self, The Quantum Society, Who's Afraid of Spiritual Capitalhr dinger's Cat? ReWiring the Corporate Brain. Sebelum buku terakhir, Spiritual Capital, ia merilis SQ-Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence sebuah buku yang mengubah paradigma dunia tentang konsep kecerdasan, setelah Daniel Goleman yang memperkenalkan konsep kecerdasan emosi (EQ)
Dalam banyak bahasannya, Danah Zohar mendeskripsikan tentang betapa wajah dunia yang terperangkap Kapitalisme Barat yang sedemikian menakutkannya. Dengan kata lain, the pursuit of profit for its own sake (pencarian keuntungan adalah demi keuntungan itu sendiri). Kapitalisme beranggapan bahwa bumi ada untuk menyediakan bagi manusia sumber-sumber dayanya, dan bahwa sumber-sumber ini tidak terbatas.
Prinsip Kapitalisme Kontemporer ini banyak diadopsi oleh banyak bisnis usaha di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Ia didukung oleh tren intelektual seperti sains Newtonian, dikuatkan oleh teori ''survival of the fittest'' Darwinian, juga ''hukum gerak'' kapitalisme itu sendiri (hukum kompetisi, hukum maksimalisasi laba, hukum akumulasi kapital) yang telah banyak menjebak para pelaku bisnis dan ekonomi pada umumnya ke dalam sebuah perburuan keuntungan kompetitif yang kejam, yang mengabaikan nilai moral dan kemanusiaan dan membuat dunia carut marut seeprti yang kita rasakan hingga saat ini. Jelas, inilah yang dimaksud dengan ''monster yang memangsa dirinya sendiri''.
Pada kasus ini, `sang monster' sama sekali tidak menjaga upaya keberlanjutan yang seharusnya menjadi tanggungjawab setiap individu manusia. Kapitalisme semacam inilah yang telah melahirkan ketidakmerataan yang terus meningkat dalam distribusi kekayaan dunia, tidak saja di antara bangsa-bangsa di dunia dan wilayah-wilayah geografis, namun kerap ditemui dalam masyarakat yang kaya itu sendiri. Pada bangsa-bangsa semacam India, Amerika Serikat dan Brazil, kekayaan ekstrem berdampingan dengan kemiskinan yang sangat mencolok.
Kapitalisme Barat yang berasumsi bahwa manusia semata-mata adalah makhluk ekonomi yang hidup demi menghasilkan uang, telah menimbulkan `stres' dan kelelahan yang luarbiasa di pihak ''pemenang'' yang menjalankan sistem. Ia telah menumbuhsuburkan kesenjangan antara bangsa-bangsa kaya dan bangsa-bangsa miskin, mendorong orang miskin untuk bermigrasi ke wilayah-wilayah yang lebih kaya, kemudian pada akhirnya makin membengkakkan populasi imigran gelap dan kerusuhan sosial politik yang menyertainya.
Lalu apakah sebenarnya penyebab dari kebobrokan itu semua? Faktor pencetus utama permasalahan tersebut adalah ketiadaan makna yang menyertai Kapitalisme Barat. Ketakbermaknaan inilah pemicu utama penularan penyakit di dunia maju saat ini. Di antaranya depresi, keletihan, sindrom kepenatan yang kronis, alkoholisme, penyalahgunaaan obat-obatan, pornografi dan bunuh diri. Inilah yang disebut penyakit spiritual (Spiritual Pathology).
Kapitalisme ini didukung oleh Hierarki Piramida Kebutuhan Abraham Maslow. Danah memaparkan bahwa pada 1959, studi terkenal dari Frederick Herzberg tentang hal yang memotivasi orang untuk bekerja, membuktikan kekeliruan yang fundamental pada Piramida Maslow. Betapa tidak, piramida lima tingkat milik Maslow--yaitu kebutuhan lapis pertama ''Kecukupan Fisiologis'', disusul dengan jenjang-jenjang berikutnya yaitu ''Keselamatan dan Keamanan'', ''Keterlibatan dan Hubungan Sosial'', ''Harga Diri'' dan ''Aktualisasi Diri''--sesungguhnya hanya menjadikan seseorang cenderung berkutat pada tingkat pertama (pemenuhan kebutuhan fisik) yang berujung pada ketamakan belaka, dan sedikit sekali yang mampu mencapai tingkat aktualisasi diri yang mengandung pemaknaan hidup. Namun apabila piramida ini dibalik, kebutuhan utamanya menjadi kebutuhan untuk ''Aktualisasi Diri''. Jika pemenuhan akan kebutuhan aktualisasi diri telah mampu dipenuhi, maka akan dengan sendirinya kebutuhan dasar tadi tercukupi.
Inilah jawaban dari `adakah jalan lain' itu. Spiritual Capital menawarkan sebuah paradigma baru, yaitu visi bisnis yang tidak sekadar menaruh perhatian pada materi keduniawian belaka. Spiritual Capitals mencitrakan bisnis sebagai sebuah panggilan hidup, bisnis yang berorientasi pada pelayanan dan nilai. Ketika seseorang telah menyadari bahwa fondasi spirituallah yang mampu memberi energi untuk menggerakkan motivasinya menuju motivasi tertinggi---seperti apa yang dijelaskan Danah, sang penemu SQ tersebut---maka kita akan disodorkan kembali pada pertanyaan berikutnya: ''How to achieve our ultimate motivation?''.
Bagaimana mencapainya; metode apa yang kiranya tepat dan dapat digunakan; dan adakah kiranya nilai dan keyakinan agama tertentu yang mampu mengangkat universalisme manusia dalam menguatkan sekaligus menjadi piranti pembangunan menuju the ultimate motivation?
Jika Danah menjawab pertanyaan ''Why'' (''Mengapa Anda memerlukan kecerdasan spiritual?''), maka Ary Ginanjar menjawab pertanyaan berikutnya: ''How'' (''bagaimana caranya membangun dan mengembangkan kecerdasan spiritual?''). Penemu ESQ Model ini menyajikan konsep Spiritual Engineering The ESQ WAY 165 yang mampu mensinergikan kecerdasan spiritual, emosional, dan intelektual sekaligus secara komprehensif. Metode ini mengelola tiga modal dasar, yaitu modal fisik, sosial, dan spiritual. Beberapa nilai dan kaidah universalisme Islam berhasil ia buktikan mampu menjadi piranti pembangun kecerdasan spiritual.
Dan betapa terkejut Danah setelah membaca buku ESQ edisi Bahasa Inggris dan mendapatkan penjelasan. 12 Prinsip yang dijabarkan Danah seperti: Self-Awareness, ternyata sudah dijabarkan oleh Ary dengan 99 prinsip Asmaul Husna. Termasuk pula teori membalikkan Piramida Maslow yang dijawab oleh Ary Ginanjar dengan ESQ Hierarchy Needs yang dijabarkan dengan urutan Haji. Self-actualization dijawab dengan Wukuf di padang Arafah, Self-Esteem justru dijawab dengan lontar jumrah, Social Needs dibangun dengan Thawaf, Safety Needs dijawab dengan Sa'i, dan Basic Needs dilambangkan dengan Zamzam_lambang kehidupan.
Betapa terkejutnya Danah saat mengetahui bahwa teori membalikkan Piramida Abraham Maslow ini dijawab tuntas oleh ajaran Nabi Ibrahim AS. Danah pun tercenung dan berkaca-kaca, sambil berkata: ''Saya baru mengetahuinya sekarang.''
Selanjutnya, kedua Maestro di bidang kecerdasan spiritual itu bersepakat untuk berkolaburasi dalam sebuah seminar pada 9 Desember 2006. Keduanya akan memberi pencerahan kepada dunia dengan menyodorkan SQ sebagai jawaban problem moral dan sosial saat ini.
Keesokan harinya, dalam perjalanan menuju London, Danah menulis sebuah email kepada ESQ Leadership Center. ''I really enjoyed meeting with him (Ary Ginanjar, red). I read a lot more of his book during my flight back to London, I'm really impressed by what a wonderful job he has done with it. Islam desperately needs a voice like Ary's, that can present a modern, open-minded, and inspiring vision of The Faith. I am learning a lot from his book.''
Saya bahagia bertemu dengan Ary. Saya banyak membaca bukunya selama perjalanan pulang ke London. Saya sungguh terkesan dengan karyanya yang menakjubkan. Islam sungguh-sungguh memerlukan sosok seperti Ary yang dapat mempresentasikan sebuah visi tentang keyakinan yang modern, terbuka, dan mampu memberi inspirasi. Saya banyak belajar dari bukunya). n anisi r handini/rurhablisyah

KEDUDUKAN SOSIAL PERUSAHAAN

Konsep tanggung jawab sosial (social responsibility) perusahaan pertama kali dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953, yang berpendapat bahwa para pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk mengupayakan suatu kebijakan serta membuat keptusan atau melaksanakan berbagai tindakan yang sesuai dengan tujuan dan nilia-nilai masyarakat. Dan konsep ini telah memberikan teori dasar bagi pengembangan konsep tanggung jawab sosial (social responsibility).
Apa yang ditekankan oleh Bowen adalah kewajiban atau tanggung jawab sosial dari perusahaan berpedoman pada keselarasan dangan tujuan (objectivies) dan nilai-nilai (values) dari suatu masyarakat. Kedua hal tersebut, yakni keselarasan dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat merupakan dua proksi dasar tanggung jawab sosial.
Proksi pertama, perusahaan bisa mewujud dalam suatu masyarakat karena adanya dunkungan dari masyarakat. Oleh sebab itu, perilaku perusahaan dan cara yang digunakan perusahaan saat menjalankan bisnis harus berada dalam bingkai pedoman yang ditetapkan oleh masyarakat. Dalam hal in, seperti halnya pemerintah, perusahaan memiliki kontrak sosial (social contract) yang berisi sejumlah kewajiban dan hak.
Hal ini sejalan dengan teori legitimacy menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untukmemastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalammasyarakat atau lingkungan di mana perusahaan berada, di mana mereka berusaha
untuk memastikan bahwa aktifitas mereka (perusahaan) diterima oleh pihak luarsebagai ”sah” (Deegan: 2004). Bingkai dan norma ini bukan sesuatu yang pastinamun berubah-ubah sepanjang waktu, maka diharapkan perusahaan responsifterhadap perubahan yang terjadi.
Teori Legitimacy ini berdasar pada pernyataan bahwa terdapat sebuah”kontrak sosial” antara perusahaan dengan lingkungan di mana perusahaan tersebut beroperasi. Kontrak sosial adalah sebuah cara untuk menjelaskan banyaknyaekspektasi yang dimiliki masyarakat mengenai bagaimana seharsunya perusahaanmenjalankan operasinya (Deegan, 2004).

Proksi kedua yang mendasari tanggung jawab sosial adalah bahwa pelaku bisnis bertindak sebagai agen moral (moral agent) dalam suatu masyarakat. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan dengan posisi puncak diperusahaan senantiasa melibatkan pertimbangan nilai atau paling tidak menggambarkan nilai-nilai yang dimiliki oleh manajemen puncak.

Ronald Soemitro

Mengapa Banyak Perusahaan Membuat Orang Baik Bertindak Buruk ??

Dalam konteks perusahaan, Ralph menyebutkan tekanan untuk mencari profit yang sebesar-besarnya telah menyebabkan perusahaan kehilangan kemampuan untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya dalam melindungi konsumen, memberikan produk terbaik yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, mengembangkan pekerja-pekerjanya dan membuat mereka sejahtera, serta turut menjaga lingkungannya. Orang-orang baik di perusahaan, orang-orang pintar, orang-orang ahli seakan kehilangan semua kemampuan, kebaikan, kejujuran, dan keahliannya dibawah tekanan pemilik modal yang menginginkan keuntungan sebesar-besarnya. Malah yang terjadi sebaliknya, dimana orang-orang pintar berusaha melegitimasi tindakan-tindakan tidak terpujinya dengan kepintarannya berargumentasi.
Tekanan untuk mencari profit sebesar-besarnya telah menjadi tyranny yang membuat orang pintar tak berdaya dan membuat orang baik bertindak buruk. Tentu kita bisa melihat banyak contoh dimana tyranny ini begitu luar biasa merusak akal sehat manusia. Dokter-dokter di rumah sakit misalnya, tentu mereka faham betul bagaimana seharusnya menangani pasien dengan baik. Nilai-nilai kemanusiaan yang mereka miliki, sumpah profesi yang telah mereka jalani, tentu mendorong mereka untuk berbuat yang terbaik bagi pasien. Namun tekanan pemilik rumah sakit seringkali menyebabkan dokter kehilangan nurani. Ibu hamil tua yang tidak seharusnya disesar malah disesar, pasien miskin sulit dilayani, bahkan mereka yang sekarat dibiarkan tetap merintih sebelum ada orang yang bisa menggaransi bagaimana keuangannya nanti.
Corporate Philanthropyvs CSR

Pemahaman konsep CSRberkelanjutan, awal yang patutdiklarifikasikan ialah masih adanyakebingungan dan kerancuan perusahaandan pemangku kepentinganyang mencampuradukan antarakonsep CSR dengan corporatephilanthropy (filantropi: praktikperasaan belas kasihan)-dua konsepyang sangat berbeda dari tinjauanmindsets maupun praktiknya.

Erman Rajagukguk mengulascorporate philanthropy-perusahaanfilantropi ialah aliansi antarakeuntungan dan bukanuntuk keuntunganyaitu sejumlah modal/dana dapat digunakan untuk motifkeuntungan dari organisasi yangtidak mencari keuntungan. Dengandemikian suatu perusahaandapat mengkaitkan dirinya padapraktik perusahaan filantropinamun tidak bertanggungjawabsosial.
Logika praktik perusahaanfilantropi bertujuan akhir padaperasaan belas kasihan, pemberianbelaka atau karitatif saja.Bentuk kegiatan berupa sumbangan(pembagian Sembako,donor darah, subsidi harga pasarmurah), sponsorship, membership,kerja bakti/sukarela. Logikapraktik CSR bersandar pada prinsipkesetaraan/kesamaan martabatdari semua subyek yang terlibatdalam suatu kegiatan dimulaidari penyusunan tujuan sampaimemenuhi rencana sasaran akhir.
CSR menjadi strategi bisnis yangmelekat/inheren dalam perusahaanuntuk meningkatkan dayasaing produk sehingga menjadiidentitas perusahaan dan peningkatannilai (value) produk bagipelanggan. Impelementasi kebijakanCSR berlandaskan padakomitmen kuat, proses terus menerusdan berkelanjutan disertaiterciptanya atmosfir bisnis salingmenguntungkan antara para pemangkukepentingan. Jadi logikaCSR bukanlah kegiatan filantropiatau karitatif.



Ronald Soemitro

Hermeneutika

Hermeneutika (dari bahasa Yunani Ερμηνεύω hermēneuō: menafsirkan) adalah aliran filsafat yang bisa didefinisikan sebagai teori interpretasi dan penafsiran sebuah naskah melalui percobaan. Biasa dipakai untuk menafsirkan Alkitab, terutama dalam studi kritik mengenai Alkitab.

Kata Yunani tersebut berhubungan dengan dewa Hermes, dewa dalam mitos orang Yunani, yang bertugas menyampaikan berita dari para dewa kepada manusia. Dewa ini juga dewa ilmiah, penemuan, kefasihan bicara, seni tulis dan kesenian.1

Dengan demikian kegiatan menafsir adalah kegiatan yang biasa kita lakukan di dalam hidup kita sehari-hari. Terlebih lagi ketika kita membaca Alkitab, kita pun harus menafsirkannya. Ada beberapa metode menafsir Alkitab antara lain kritik bentuk dan kritik tradisi.

Kritik bentuk

Kritik bentuk merupakan salah satu metode dari penafsiran Alkitab. Kritik bentuk sebenarnya mengkonsentrasikan pada bagian-bagian teks yang lebih luas, bahkan hingga seluruh kitab, akan tetapi secara keseluruhan metode ini menaruh perhatian lebih pada unit atau bagian terkecil yang lebih singkat dari suatu teks atau tulisan. Kritik bentuk ini meneliti proses penyampaian berita (yang ditulis berupa teks), dimulai dari bentuk pewartaan secara lisan (dari mulut ke mulut) hingga bentuk tertulis yang kita miliki sekarang ini.

Oleh karena itu kritik bentuk ini adalah aspek dari pendekatan kritis yang meneliti bentuk, isi, dan fungsi unit yang khusus dan menilai apakah semuanya itu cukup jelas dan cukup unik sehingga dapat dimasukkan ke dalam salah satu golongan serta menafsirkannya sebagai salah satu bentuk. Proses meneliti bentuk tersebut adalah dengan cara menemukan faktor-faktor dalam pola yang sama yang dapat dijelaskan dan ditentukan ciri-ciri dan tolok ukurnya secara jelas, sehingga teks dapat digolongkan ke dalam sebuah bentuk tertentu. Setelah kita meneliti bentuk (sebuah teks) dengan seksama maka kita mendapatkan sebuah hubungan langsung antara bentuk dan isi sastra dari sebuah teks.

Tujuan dan fungsi

Seperti dikatakan tadi, kritik bentuk ini mengkonsentrasikan teks secara lebih luas. Kritik bentuk ini berusaha menjelaskan dalam keadaan sosial dan dalam keadaan atau kesempatan yang bagaimanakah bentuk-bentuk itu memiliki peran. Di dalam situasi kehidupan sosial yang bagaimanakah suatu bentuk (dari teks) dapat dijumpai. Di dalam situasi kehidupan sosial yang tertentu sangat menentukan bentuk dan gaya-gaya sastra yang tertentu pula.

Kritik bentuk memberikan analisa terhadap suatu teks yang terdapat di dalam Alkitab. Kritik bentuk tersebut menunjukkan kepada kita, apa yang menjadi bentuk dari teks tersebut. Analisa yang diberikan oleh kritik bentuk ini disebut sebagai periode lisan. Periode lisan menjadi awal terjadinya peristiwa di dalam kehidupan Yesus dan waktu terjadinya dituliskan di dalam Injil. Periode lisan inilah yang menjadi bukti bahwa penafsiran suatu teks bisa bervariasi. Awalnya, cerita tersebut di beritakan secara lisan, yaitu dari mulut ke mulut. Dari hasil pemberitaan cerita-cerita tersebut lahirlah penafsiran-penafsiran yang berbeda dari setiap penerima cerita tersebut. Para pendengar cerita-cerita tersebut pun mengajarkannya di dalam peribadahan dalam gereja mula-mula. Cerita-cerita tersebut disampaikan berdasarkan suasana kehidupan jemaat mula-mula pada saat itu. Kritik bentuk juga melihat dampak dari cerita tersebut terhadap orang-orang di sekitarnya. Cerita-cerita menanggapi kebutuhan jemaat mula-mula. Para ahli memberi istilah Sitz im Leben (bahasa Jerman, yang artinya kedudukan dalam kehidupan) untuk kritik bentuk. Tiap-tiap bentuk sastra dipakai dengan alasan tertentu dan untuk menanggapi keperluan hidup tertentu.

Perjanjian Baru terdiri dari empat ragam, yaitu: Injil, Kisah Para Rasul, Surat-Surat, dan Kitab Wahyu. Kitab Injil memiliki berbagai macam bentuk, yaitu: perkataan-perkataan, cerita mujizat, perumpamaan-perumpamaan, legenda (mengenai kelahiran Yesus), dll. Sedangkan pada surat-surat pada Perjanjian Baru terdapat bentuk nyanyian, doa, ringkasan khotbah, kata-kata nasihat, dan bentuk pengakuan iman. Dimensi kritik bentuk yang demikian ini menekankan hubungan yang maha pentingantara jenis sastra, lingkungan social dan kelembagaannya yang khusus serta latar belakang budayanya secara keseluruhan. Melalui Kritik bentuk kita para pembaca dibantu untuk melihat adanya tiga ragam situasi kehidupan dalam pemberitaan Injil: lingkungan kehidupan ‘Yesus, lingkungan kehidupan jemaat, dan lingkungan injil sebagaimana kita miliki sekarang. Oleh karena itu, kritik bentuk adalah berusaha menemukan sejarah sastra Alkitab yang lengkap dan hidup, khususnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai tahap perkembangan lisannya, dan untuk meletakkan semua tahap perkembangan ke dalam konteksnya dalam kehidupan bangsa Israel dan gereja mula-mula.

Kritik Tradisi

Saat ini kita akan membahas mengenai kritik tradisi yang merupakan salah satu metode yang dapat dipakai dalam menafsirkan teks-teks Alkitab. Tradisi merupakan hal yang lazim ada pada setiap kebudayaan, karena tradisi mengungkapkan pemahaman diri bangsa-bangsa, pengertian mereka tentang masa lalu, dan berbagai hal yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Biasanya, tradisi diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini bisa dilakukan dalam bentuk cerita, perkataan, nyanyian, puisi, kepercayaan dll. Metode yang akan kita bahas; kritik tradisi, terfokus pada tradisi-tradisi yang digunakan dalam perjalanan suatu masyarakat.

Sebelum menjadi suatu kesatuan yang padu, teks-teks Alkitab memiliki tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangannya sendiri (ada yang dalam jangka waktu yang panjang ataupun sebaliknya), memang tidak semua teks mengalami hal ini tetapi sebagaian besar teks Alkitab melalui proses ini dan tradisi menjadi salah satu bagian penting dalam perjalanan teks-teks tersebut. Dengan kenyataan seperti itu kritik tradisi pun dapat menjadi metode yang sangat bermanfaat untuk melakukan pendekatan pada teks-teks Alkitab. Dalam hal ini, Pentateukh dapat menjadi contoh yang tepat karena Pentateukh mengalami tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan dalam jangka waktu yang lama. Kita dapat menemukan banyak penyuntingan yang dilakukan dalam kronologi waktu yang berbeda. Kekhasan dalam unsur-unsur sastra di dalamnya, penggunaan bahasa, gaya penulisan, sumber-sumber dst sehingga menunjukkan perbedaan teks, secara tidak langsung menunjukkan lamanya perjalanan teks tersebut dengan tradisi yang juga berbeda-beda (tradisi Y, E, D, dan P). Sedangkan Injil dapat menjadi contoh yang tepat bagi teks-teks yang juga melalui perjalanan tahapan teks tetapi dalam jangka waktu yang relativ lebih pendek.

Masa yang dilalui teks sebelum menjadi Alkitab, sering digolongkan menjadi periode lisan dan tulisan. Cerita-cerita yang disampaikan dari mulut ke mulut dalam periode lisan diperlakukan sebagai tradisi yang dianggap cukup berharga dan suci untuk diteruskan ke generasi berikutnya. Menurut buku Pedoman Penafsiran Alkitab, istilah tradisi merujuk pada apa yang diteruskan ke generasi berikutnya baik suci atau tidak, tetapi dalam konteks PL dan PB tentu saja cerita yang dianggap suci dan normative bagi orang percayalah yang diteruskan. Kritik tradisi dapat diterapkan juga pada periode tulisan.

Cara bagaimana suatu tradisi bertumbuh dan berkembang dapat dilihat juga pada tulisan-tulisan zaman modern . Misalnya dalam buku nyanyian gereja. Seringkali kita temukan versi yang berbeda. Ada yang berisikan tiga bait, ada yang lima bait. Kata-kata pada buku nyanyian yang satu berbeda dari buku nyanyian yang lain. Jika kita mencoba untuk memahami versi tertentu dari sebuah nyanyian, maka akan banyak pertanyaan yang muncul. Apakah ini versi yang asli? Atau, apakah ada yang lebih asli dari sebelumnya, dsb. Ini berarti bahwa nyanyian sudah menjadi tradisi atau “ditradisikan”. Nyanyian itu muncul pada satu waktu kemudian disebarluaskan dan diubah-ubah sampai nyanyian itu kini dapat kita temukan dalam berbagai bentuk.

Begitu pun Alkitab. Seringkali tulisan-tulisan Alkitab memperlihatkan pertumbuhan yang serupa yang terletak dibalik sebuah teks tertentu. Itu dapat kita lihat pada kitab PL tentang perintah pemeliharaan hari Sabat dalam Keluaran 20:8-11. Ketika kita melihat isi dan strukturnya, kita akan menemukan satu versi lain dalam Ulangan 5:12-15, dan yang lebih penting lagi keduanya terdapat beberapa perbedaan. Diantaranya, kitab Keluaran lebih pendek beberapa baris. Isi dari kedua kitab ini pun berbeda. Dalam kitab Keluaran, pemelihaaan hari Sabat dikaitkan dengan penciptaan dunia, sedangkan dalam kitab Ulangan, pemeliharaan hari Sabat didasarkan pada pembebasan dari mesir. dari hal-hal ini kemudian akan muncul pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana dua versi dari perintah yang sama di dalam Dasa Titah berkaitan satu dengan yang lain? Versi yang panjang lebih tua atau yang pendek yang lebih tua? Bagaimana menjelaskan adanya dua dasar teologi yang satu sama lain berbeda untuk pemeliharaan hari Sabat, dsb. Itulah pertanyaan yang diajukan oleh kritik tradisi. Kritik tradisi mengakui bahwa dua versi dari perintah yang sama itu merupakan bentuk akhir sastra yang muncul dari suatu proses pembentukan dan perkembangan yang panjang. Dengan didasarkan pada pengamatan isi, struktur dan konteksnya, yang menjdai perhatian dari kritik bentuk, maka kritik tradisi berusaha untuk merekonstruksinya.

Cara bagaimana suatu tradisi bertumbuh dan berkembang dapat dilihat pada tulisan-tulisan zaman modern . Misalnya dalam buku nyanyian gereja. Seringkali kita temukan versi yang berbeda. Ada yang berisikan tiga bait, ada yang lima bait. Kata-kata pada buku nyanyian yang satu berbeda dari buku nyanyian yang lain. Jika kita mencoba untuk memahami versi tertentu dari sebuah nyanyian, maka akan banyak pertanyaan yang muncul. Apakah ini versi yang asli? Atau, apakah ada yang lebih asli dari sebelumnya, dsb. Ini berarti bahwa nyanyian sudah menjadi tradisi atau “ditradisikan”. Nyanyian itu muncul pada satu waktu kemudian disebarluaskan dan diubah-ubah sampai nyanyian itu kini dapat kita temukan dalam berbagai bentuk.

Begitu pun Alkitab. Seringkali tulisan-tulisan Alkitab memperlihatkan pertumbuhan yang serupa yang terletak dibalik sebuah teks tertentu. Itu dapat kita lihat pada kitab PL tentang perintah pemeliharaan hari Sabat dalam Keluaran 20:8-11. Ketika kita melihat isi dan strukturnya, kita akan menemukan satu versi lain dalam Ulangan 5:12-15, dan yang lebih penting lagi keduanya terdapat beberapa perbedaan. Diantaranya, kitab Keluaran lebih pendek beberapa baris. Isi dari kedua kitab ini pun berbeda. Dalam kitab Keluaran, pemelihaaan hari Sabat dikaitkan dengan penciptaan dunia, sedangkan dalam kitab Ulangan, pemeliharaan hari Sabat didasarkan pada pembebasan dari mesir. dari hal-hal ini kemudian akan muncul pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana dua versi dari perintah yang sama di dalam Dasa Titah berkaitan satu dengan yang lain? Versi yang panjang lebih tua atau yang pendek yang lebih tua?

Bagaimana menjelaskan adanya dua dasar teologi yang satu sama lain berbeda untuk pemeliharaan hari Sabat, dsb. Itulah pertanyaan yang diajukan oleh kritik tradisi. Kritik tradisi mengakui bahwa dua versi dari perintah yang sama itu merupakan bentuk akhir sastra yang muncul dari suatu proses pembentukan dan perkembangan yang panjang. Dengan didasarkan pada pengamatan isi, struktur dan konteksnya, yang menjdai perhatian dari kritik bentuk, maka kritik tradisi berusaha untuk merekonstruksinya.

Kritik tradisi juga bergantung pada tekhnik-tekhnik penafsiran, dimensi sejarah dan kesusestraan. Kritik tradisi dalam tulisan alkitabiah terdapat banyak tulisan yang menunjukkan suatu proses penerusan tradisi yang masih berlangsung. Contohnya, terdapat pada pentateukh, selain itu Keluaran dan Ulangan ( yang terdapat dalam Perjanjian lama ) tradisi tentang perjalanan di padang gurun. Hal ini memiliki arti tradisi penderitaan yang menceritakan pengharapan akan kebebasan. Kebebasan dalam tulisan alkitabiah juga disesuaikan pada tradisi yang ada. Kritik tradisi memperoleh hasil yang bersifat hipotesis. Perlu diketahui juga untuk menafsirkan secara pendekatan kritik tradisi harus memerhatikan pemilahan bentuk-bentuk khusus teks, menyusunnya dalam urutan kronologis dan menafsirkan pelbagai aspek tahap-tahap perkembangan.