Dalam konteks perusahaan, Ralph menyebutkan tekanan untuk mencari profit yang sebesar-besarnya telah menyebabkan perusahaan kehilangan kemampuan untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya dalam melindungi konsumen, memberikan produk terbaik yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, mengembangkan pekerja-pekerjanya dan membuat mereka sejahtera, serta turut menjaga lingkungannya. Orang-orang baik di perusahaan, orang-orang pintar, orang-orang ahli seakan kehilangan semua kemampuan, kebaikan, kejujuran, dan keahliannya dibawah tekanan pemilik modal yang menginginkan keuntungan sebesar-besarnya. Malah yang terjadi sebaliknya, dimana orang-orang pintar berusaha melegitimasi tindakan-tindakan tidak terpujinya dengan kepintarannya berargumentasi.
Tekanan untuk mencari profit sebesar-besarnya telah menjadi tyranny yang membuat orang pintar tak berdaya dan membuat orang baik bertindak buruk. Tentu kita bisa melihat banyak contoh dimana tyranny ini begitu luar biasa merusak akal sehat manusia. Dokter-dokter di rumah sakit misalnya, tentu mereka faham betul bagaimana seharusnya menangani pasien dengan baik. Nilai-nilai kemanusiaan yang mereka miliki, sumpah profesi yang telah mereka jalani, tentu mendorong mereka untuk berbuat yang terbaik bagi pasien. Namun tekanan pemilik rumah sakit seringkali menyebabkan dokter kehilangan nurani. Ibu hamil tua yang tidak seharusnya disesar malah disesar, pasien miskin sulit dilayani, bahkan mereka yang sekarat dibiarkan tetap merintih sebelum ada orang yang bisa menggaransi bagaimana keuangannya nanti.
Corporate Philanthropyvs CSR
Pemahaman konsep CSRberkelanjutan, awal yang patutdiklarifikasikan ialah masih adanyakebingungan dan kerancuan perusahaandan pemangku kepentinganyang mencampuradukan antarakonsep CSR dengan corporatephilanthropy (filantropi: praktikperasaan belas kasihan)-dua konsepyang sangat berbeda dari tinjauanmindsets maupun praktiknya.
Erman Rajagukguk mengulascorporate philanthropy-perusahaanfilantropi ialah aliansi antarakeuntungan dan bukanuntuk keuntunganyaitu sejumlah modal/dana dapat digunakan untuk motifkeuntungan dari organisasi yangtidak mencari keuntungan. Dengandemikian suatu perusahaandapat mengkaitkan dirinya padapraktik perusahaan filantropinamun tidak bertanggungjawabsosial.
Logika praktik perusahaanfilantropi bertujuan akhir padaperasaan belas kasihan, pemberianbelaka atau karitatif saja.Bentuk kegiatan berupa sumbangan(pembagian Sembako,donor darah, subsidi harga pasarmurah), sponsorship, membership,kerja bakti/sukarela. Logikapraktik CSR bersandar pada prinsipkesetaraan/kesamaan martabatdari semua subyek yang terlibatdalam suatu kegiatan dimulaidari penyusunan tujuan sampaimemenuhi rencana sasaran akhir.
CSR menjadi strategi bisnis yangmelekat/inheren dalam perusahaanuntuk meningkatkan dayasaing produk sehingga menjadiidentitas perusahaan dan peningkatannilai (value) produk bagipelanggan. Impelementasi kebijakanCSR berlandaskan padakomitmen kuat, proses terus menerusdan berkelanjutan disertaiterciptanya atmosfir bisnis salingmenguntungkan antara para pemangkukepentingan. Jadi logikaCSR bukanlah kegiatan filantropiatau karitatif.
Ronald Soemitro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar