Bisnis biasanya diidentikkan dengan pendapatan dan keuntungan -- kalau bisa sebesar-besarnya dan secepat-cepatnya. Sejalan dengan itu, para pebisnis segera digambarkan sebagai orang-orang yang mementingkan diri sendiri: serakah, egoistis, oportunistis, berpikir jangka pendek, dan sejenisnya.
Sebaliknya, spiritualitas umumnya diidentikkan dengan sikap-sikap altruistik dan asketis, termasuk mementingkan orang lain, berkorban demi orang lain, dan semacamnya.
Nah, mungkinkah bisnis dijalankan dengan pendekatan spiritual? Apakah dunia bisnis memang hanya cocok bagi orang yang egoistis? Bagaimana seorang bervisi spiritual dapat menjalankan bisnis yang juga tetap menghasilkan profit?
Buku ini menunjukkan bagaimana SQ (kecerdasan spiritual) -- yang digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall dalam buku best-seller SQ -- mungkin, bahkan niscaya, diberi tempat dalam dunia bisnis. Yakni, jika bisnis diinginkan agar berkelanjutan (sustainable). Di samping modal materiil dan modal sosial, SQ akan memperkaya bisnis dengan modal spiritual.
Bisnis-dengan-SQ tetap berorientasi profit, tapi bukan hanya bagi diri sendiri, melainkan bagi seluruh stakeholder: karyawan, pemilik, mitra kerja, keluarga, masyarakat, bahkan alam dan seluruh kehidupan di bumi.
Spiritual capital (modal spirit) merupakan semangat tinggi sebagai faktor penunjang kemenangan yang tumbuh dalam diri seseorang, dengan semangat ini akan lahir etos kerja yang dapat menggerakkan,mengarahkan manusia dalam melakukan setiap aktifitasnya. Semangat berupa sikap, kepribadian, watak karakter, serta keyakinan atas sesuatu (etos), tidak hanya dimiliki individu, tetapi juga kelompok bahkan masyarakat.1 Karakter dan kebiasaan berkenaan dengan kerja, yang terpancar dari sikap hidup manusia merupakan suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai manifestasi dari amal saleh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.2 Sehingga spiritual capital akan dapat melahirkan nilai kerja yang positif . Keterjebakan atas uang sebagai sumber motivasi dan rendahnya semangat untuk berprestasi masyarakat, tergambar dalam pandangan Robert T. Kiyosaki yang mengatakan; cinta akan uang adalah akar segala kejahatan dan kekurangan uang adalah akar segala kejahatan, atau saya tidak bekerja untuk uang tetapi uang berkerja untuk saya.3 Persoalan spiritual capital sangat urgen terlebih dalam memberdayakan komunitas masyarakat terpinggirkan, sebab selama ini segala sesuatunya hanya diukur dari laba material, demikian juga dengan suatu keberhasilan diukur dengan seberapa mampu meraup materi, seberapa luas ekspansi, pendapatan, kekuasaan dan lain-lain.
Dengan menumbuhkan semangat spiritual kapital di tengahtengah masyarakat, diharapkan pola fikir yang cenderung pasif seperti robot, pasrah dengan yang ada, bekerja hanya untuk uang sebagai pola kapitalis, berubah kearah pola fikir mengapa kita mengerjakan sesuatu dan terus berupaya mencari cara-cara yang lebih baik dalam beraktivitas dengan gool setting hidup lebih memiliki arti, karena hidup manusia hakikatnya sebagai mahluk spiritual yang dahaga akan nilai dan makna.
Ronald Soemitro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar